Ahad, 17 April 2011

Taubat Nasuha...

“Barangsiapa berbuat kejahatan atau menganiaya dirinya, kemudian ia meminta ampun kepada Allah atas dosa-dosanya, akan didapati olehnya Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (Q.S.4 An-Nisa:110).

 Tobat Membersihkan Noda Dosa

Meskipun Allah Taala telah menyatakan kalau benih keimanan pada Ketauhidan Ilahi sudah ada dalam setiap jiwa, Dia juga menjelaskan bahwa benih tersebut tidak sama kadar kekuatannya pada setiap orang karena nur tersebut pada sebagian orang nyatanya dikalahkan sampai hampir redup oleh nafsu mereka sendiri. Sebagaimana halnya fitrat bawaan hewaniah atau fitrat agresif, begitu juga keimanan pada Tuhan yang Satu merupakan fitrat bawaan. Betapa pun bebasnya seseorang mengumbar nafsunya dan betapa pun ia mengikuti dorongan keji dari dirinya sendiri, tetap saja ia sedikit banyak masih memiliki nur alamiah dalam dirinya. Sebagai contoh, bila karena dorongan nafsu atau amarah seseorang melakukan pembunuhan, pencurian atau pun zinah, maka meski tindakan tersebut merupakan tuntutan fitratnya namun nur kebaikan yang ada dalam dirinya selalu menegurnya saat ia melakukan ketidak-pantasan tersebut. Allah yang Maha Agung menyatakan tentang hal ini dalam ayat:

“Dia mengilhamkan kepadanya jalan-jalan kejahatan dan jalan-jalan ketakwaan” (S.91 Asy-Syams:8).

Dari ayat ini dapatlah kita ketahui bahwa sebenarnya Allah telah mengaruniakan suatu bentuk petunjuk kepada setiap orang yang disebut sebagai CAHAYA HATI yang merupakan fitrat guna membedakan di antara yang baik dan yang buruk. Sebagai contoh, ketika seorang pencuri melakukan tindak pencuriannya, atau seorang pembunuh melakukan pembunuhan, Tuhan akan menanamkan dalam batinnya rasa penyesalan karena telah melakukan suatu hal yang buruk. Hanya saja yang bersangkutan lalu tidak memperhatikannya karena cahaya hatinya amat lemah dan kalah di bawah pengaruh fitrat hewaniah serta egonya.

Kegalauan ego orang-orang seperti itu tidak mungkin diatasi oleh orang lain, namun Tuhan telah menyediakan obat penawarnya. Apakah penawar tersebut? Penawar itu bernama TOBAT, memohonkan ampunan dan rasa penyesalan. Berarti jika mereka melakukan suatu kekejian sejalan dengan tuntutan ego mereka atau muncul suatu fikiran jahat dalam benak mereka, lalu mereka mencari penawar melalui pertobatan dan memohonkan ampunan, maka Tuhan akan mengampuni mereka. Bila mereka terantuk berulangkali tetapi menyesal setiap kali terjadi dan bertobat, maka rasa penyesalan dan pertobatan tersebut akan membasuh noda-noda dosa mereka. Hal inilah yang dikenal sebagai kafarah (penebusan) hakiki guna penawar bagi dosa alamiah. Allah s.w.t. menyatakan mengenai hal ini dalam ayat:

“Barangsiapa berbuat kejahatan atau menganiaya dirinya, kemudian ia meminta ampun kepada Allah atas dosa-dosanya, akan didapati olehnya Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (S.4 An-Nisa:110).

Ayat yang bermakna demikian dalam dan penuh kebijakan tersebut mengandung arti bahwa sebagaimana keterperosokan dan laku dosa merupakan karakteristik dari kalbu yang cacat, tetapi tetap ada fitrat-fitrat abadi Ilahi dalam bentuk rahmat dan pengampunan karena Dia secara inheren adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Sifat pengampunan-Nya tersebut bukan suatu hal yang kebetulan saja melainkan merupakan fitrat abadi Wujud-Nya yang memang disukai-Nya dan yang ingin diberlakukan-Nya terhadap orang-orang yang layak.

Tiap kali seseorang berpaling kepada Tuhan-nya dengan rasa penuh penyesalan dan pertobatan karena telah terperosok atau melakukan suatu tindakan dosa, ia menjadi layak memperoleh perlakuan bahwa Tuhan akan memandangnya dengan rahmat dan pengampunan. Hal ini tidak dibatasi pada satu atau dua kali kejadian saja karena sudah merupakan fitrat abadi Allah yang Maha Agung bahwa Dia akan selalu berpaling kepada hamba-Nya yang telah menyesal dan telah bertobat. Dengan demikian sudah menjadi hukum alam kalau seorang yang lemah nuraninya akan sering terperosok dan alam tidak mengatur agar fitrat orang yang mengikuti nafsu hewaniahnya lalu harus diubah. Yang menjadi kaidah abadi-Nya adalah mereka yang melakukan dosa akan memperoleh pengampunan melalui laku pertobatan dan permohonan ampun.

(Renungan) Wasiat Rasulullah untuk umat Islam

Adalah menarik bagi kita umat Islam untuk kembali merenungkan wasiat Rasulullah saw dalam kesempatan Hajjul Wida kepada umat Islam. Dari apa yang dinasehatkan dan bagaimana faktanya pengamalannya. Dengan membaca kembali wasiat tersebut kita bisa membandingkan sejauh mana wasiat itu dilaksanakan oleh umat Islam dan lebih dari itu, bisa menjadi bahan introspeksi diri kita sendiri dalam hal pengamalannya.


Dalam kesempatan Hajjul Wida, Rasulullah saw yang dihadiri lebih dari 100.000 orang dari berbagai negeri yang jauh pada waktu itu bersabda:

“Ya ummatku, ya ummatku, sebentar lagi saya akan berjumpa dengan Allah, dan kalianpunsuatu saat nanti akan berjumpa dengan Allah. Dan apabila nanti kalian berjumpa dengan Allah maka Allah taala akan bertanya kepada kalian, ‘Hai hamba-Ku, selama kalian hidup di dunia, amal baik apa saja yang kalian lakukan?’

Oleh sebab itu setelah aku meninggalkan dunia yang fana ini, janganlah kalian murtad, janganlah kalian menjadi orang musyrik, janganlah jadi pembangkang, janganlah menjadi perusuh, janganlah menjadi pembuat onar, janganlah menjadi penyebar gosip, isu, ghibat, fitnah. Janganlah menhadi pendusta, janganlah menjadi orang yang selalu menanamkan tali perpecahan, janganlah menjadi orang yang mudah iri hati, karena semua itu perbuatan setan dan hukumnya dosa yang sangat besar.

Jadilah kalian orang yang senantiasa bermanfaat bagi keluarga, bagi masyarakat, jadilah kalioan rahmat bagi yang lain, jadilah kalian juru selamat bagi dunia ini, jadilah kalian wujud yang penuh setia kepada sang Maha Pencipta, Allah Yang Maha Besar, jadilah kalian wujud yang selalu menghormati serta menghargai agama Islam ini, hiduplah dengan merendah diri, beradat lembut, berbudi halus. Kerjakanlah semua itu dengan tulus ikhlas dan dengan penuh ridho semata-mata karena Ilahi.

Hai umatku, apakah amanat Allah taala yang aku terima dan telah kusampaikam semua kepada kalian semuanya telah mengerti?”
Mereka menjawab: “Labbaik”
“Apakah sudah jelas?”
Mereka menjawab, “Labbaik”
“Hai umatku, Allah taala menjadi saksi atas pernyataan ini”.

Amanah diatas sebenarnya tidak terbatas hanya kepada para sahabat awwalin saja, tetapi termasuk juga kita yang menamakan diri sebagai muslim. Dan sudahkah kita mengatakan “labbaik” terhadap amanah diatas?

Garis besar dari amanah diatas adalah penguatan iman, yang dilakukan dengan cara menghindari bentuk-bentuk kejahatan yang bisa menghancurkan masyarakat. Dan melakukan kebaikan yang membawa kemaslahatan umum. Dan semua itu dilakukan dengan penuh setia pada Allah dan keikhlasan semata-mata karena Allah.

Pentingnya Rahmat Ilahi Dalam Mengamalkan Akhlak dan Amanah Rasulullah

Bagaimana cara kita agar bisa menerapkan akhlak Rasulullah dan amanah-amanah beliau? Dari amanah tersebut sebenarnya kita bisa melihat bahwa akhlak hasanah Rasulullah saw baru bisa diamalkan bila kita menarik rahmat ilahi, sebab tanpa karunia-Nya kita yang lemah ini tidak mungkin bisa mengamalkan amanat-amanat beliau saw yang sangat mulia tersebut, sebab amanah-amanah beliau itu bisa menjadi juru selamat bagi diri kita dan keturunan kita. Jadi, hanya dengan rahmat dan karunia dari Allah ta’ala barulah kita bisa mengamalkan akhlak hasanah Rasulullah saw. Dengan demikian yang pertama-tama kita lakukan adalah carilah rahmat Tuhan, lagilah kepada Allah ta’ala siang dan malam dengan sungguh-sungguh agar Tuhan menjadi sahabat kita dan agar Tuhan menjadi milik kita.

Dan membangun akhlak Rasulullah saw harus dimulai dari lingkungan rumah kita sendiri. Sebab kalau bangunan akhlak hasanah Rasulullah saw dalam rumah kita tidak benar maka bagaimana mungkin kita akan merubah dunia? Cahaya yang dimiliki oleh orang-orang yang mengamalkan akhlak Rasulullah saw akan lebih terang, dan cahaya tersebut akan menerangi alam sekitarnya.

Laungan Zikir


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com